Redefining the Image

In my decade of experience with photography, I had never attempted to create a photograph without the use of a camera or any sort of paper before this assignment. I have had the deepest infatuation…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Berbagi Rasa

Sesuai dengan janji Harley untuk mengajak Chlara jalan-jalan, di sinilah ia sekarang, di depan sebuah rumah yang sepertinya pemilik rumah tersebut belum ada tanda-tanda membuka pintu. Harley lantas mengambil ponselnya dan membuka ruang obrolan mereka untuk mengabari kedatangannya dan dengan cepat ia mendapat jawaban dari sang pemilik rumah.

“Harleeeeeyyy….” dengan sedikit berteriak Chlara berlari kecil menghampiri Harley yang sudah berada di mobil. Chlara terlihat membawa sebuah box berwarna coklat ditangannya.

“Kenapa, hm?” Harley tak bisa menahan senyumnya karena saat ini Chlara terlihat seperti anak kecil yang baru saja diberi permen kesukaannya.

“Nih, gue tadi bikin cinnamon rolls, iseng aja sih hehehe. Nggak tau deh gue dapet ide dari mana tiba-tiba pengen baking. Tapi turns out enaaaaaaakk dan gue pengen lo cobain. Menurut gue manisnya udah pas, tapi nggak tau kalo buat lo.” Satu nafas panjang Chlara gunakan untuk menjelaskan isi box coklat yang ia bawa dan Harley masih sama seperti sedia kala, tersenyum. ‘Lagi aktif banget ni anak’ batinnya.

“Mau gue suapin? Se…”

“Mau, sekalian jalan ‘kan? Gas.” Belum selesai Chlara berucap, Harley dengan cepat membalas dan langsung menancapkan gas. Agaknya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, ‘disuapin Chlara? Kapan lagi anjir’ itu yang ada dipikirannya. Dasar manusia penuh modus.

Selama di perjalanan mereka bercengkerama, terkadang bergurau, kadang saling menggoda satu sama lain yang tentu didominasi oleh sosok laki-laki di dalam mobil tersebut. Ada saja pembahasan yang mereka punya, seolah tak akan pernah habis mereka terus berbicara mengenai ini dan itu. Dan tentu, kegiatan bercengkerama ini masih di ikuti dengan agenda suap-menyuap cinnamon rolls.

“Oh iya, enak nggak? Kurang manis atau kemanisan? Atau rotinya bantet? Kalau roti kayaknya nggak deh ya.” Chlara mulai menanyakan penilaian Harley mengenai kemampuannya.

“Enak, manis. Tapi bukan selera gue.”

“Oh, emang selera lo kayak gimana?” Sayangnya tak bisa Chlara lihat bahwa Harley sedang menyunggingkan senyum pada sisi kanan bibirnya.

“Kayak lo.” Dan berhasil sudah rencana Harley untuk kembali menggoda Chlara dengan bualan khas buaya. Pipi Chlara sangat merah saat ini, ia tak menyangka bahwa pembicaraan ini berakhir dengan gombalan receh dari Harley.

“Haduh, penangkaran tuh gimana sih? Buaya lepas satu gini kok nggak dicariin.” Tawa lepas Harley semakin menjadi kala mendengar ucapan Chlara barusan.

“Hahahaha. Tapi bener kok, lo lebih manis, pipi lo ini nih juga lebih lembut dari rotinya,” tangan Harley gatal untuk tidak mencubit pipi Chlara yang akhirnya membuat Chlara mengaduh akibat cubitan Harley yang tak kunjung dilepas.

“Makasih ya cinnamon rolls nya, makasih juga udah mau jalan-jalan sambil bawa baju ganti.” Chlara yang mendengar ucapan Harley hanya menganggukkan kepalanya. “Gue juga makasiiiiiih banget, lo mau nemenin gue refreshing dari Elen yang tiba-tiba pacaran dan dari kenyataan kalau besok Senin KITA UTS AAAAAAA.” Chlara dan segala tingkahnya yang kadang dramatis ini benar-benar menggemaskan di mata Harley.

~~~~

Saat ini mereka sudah sampai di Heavana Beach, salah satu pantai yang memang memakan waktu cukup lama dari kota namun memiliki panorama yang tidak akan pernah membosankan mata yang memandang. Ombak yang tidak terlalu tinggi, angin yang bertiup cukup kencang, pasir putih bersih yang terbebas dari sampah, dan fasilitas yang memadai membuat pantai ini memiliki nilai plus yang cukup banyak dibandingkan pantai lainnya.

“Pernah kesini?” tanya Harley

“Nggak, tapi gue udah pernah denger tentang Heavana Beach sebelumnya. DAN GUE SEKARANG DISINI AAAA SENENGNYAAAA.” Meninggalkan Harley, Chlara langsung berlari menuju ke bibir pantai. Lagi dan lagi, Harley hanya bisa tertawa melihat tingkah perempuan yang sudah mengisi hatinya selama sebulan lebih ini. Ia lantas menyusul Chlara yang sudah terlebih dahulu bermain air. Perasaan ada yang bilang nggak mau main air?

“Ley, gue udah cup tempat tuh disitu,” Chlara menunjuk satu tenda yang berisikan 2 kursi pantai dan 1 meja. “Kata bapaknya nggak usah bayar, soalnya gue nunjukin kartu mahasiswa sama pengenal gue, ANAK RANTAU NIIIIII HAHAHAHAHA.” Sungguh Harley tak habis pikir dengan Chlara dan energinya saat ini, Harley tidak bisa mengimbangi energi Chlara.

Chlara dan Harley benar-benar menghabiskan waktu mereka untuk bermain air, Chlara memang hanya berlarian di sekitar bibir pantai, tapi Harley…

“LEY, ANAK ORANG JANGAN LO KEJAR GITUUUU, TAKUT DIANYAA,” Chlara yang bisa melihat Harley saat ini bermain dengan beberapa pengunjung anak-anak sedikit khawatir, bagaimana tidak? Mereka berlarian kesana kemari sampai pakaian mereka benar-benar basah kuyup. Ceritanya Harley menjadi monster yang mengejar segerombolan anak-anak yang mungkin berusia 11–13 tahun.

Chlara yang memang hanya berlarian akhirnya menghentikan kegiatannya dan langsung mengambil ponselnya untuk mengabadikan momen yang berharga. Momen dimana Harley masih kejar-kejaran dengan anak-anak pengunjung pantai. ‘Dia emang magnet buat semua orang ya, curiga pake pelet’ batin Chlara yang melihat bagaimana Harley bisa mendapatkan teman semudah itu.

“Hah…Hah…Hah…. Udah capek lo? gitu doang capek? Ayo kejar-kejaran,” Chlara yang sedang santai sambil melihat hasil potretnya tadi tiba-tiba terkesiap kala Harley menyomot hpnya. Ia sedang melihat foto harley tadi.

“Idiiiih… kurang banget lo liat gue secara langsung? Banyak banget foto gueeee… Sini gantian lo yang gue foto.” Harley langsung meletakkan ponsel milik Chlara dan mengambil ponsel miliknya sendiri untuk memfoto Chlara.

“AAAAAA PEMAKSAANNN…. BENTARRRR… GUE POSE DULUUUU….” memang pasangan muda-mudi yang aneh. Posisi mereka saat ini adalah Chlara yang sedang tersenyum dengan kedua tangannya dicekal oleh tangan kiri Harley sedangkan kanannya memegang hp.

“Nah, kalau gini ‘kan namanya win-win solution. Eh, cari minum yok, haus banget gue,” ajak Harley dan direspon anggukan oleh Chlara, sepertinya mereka akan memesan minuman yang menyegarkan.

Mereka menikmati minuman yang mereka beli sembari berduduk-duduk santai di tenda mereka. Hari sudah menuju sore, matahari sudah tidak semenyengat tadi, angin semakin bertiup kencang dan ini membuat Harley yang memang basah kuyup kedinginan, sehingga ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sementara Chlara akan menjaga barang-barang mereka.

“Udah kelar mandinya? Nih, gue pesenin seafood, aromanya dari tadi ganggu hidung gue banget, kesel gue yaudah gue beli aja,” penjelasan Harley membuat Chlara tertawa, ia tahu Harley dan celetukannya kadang lucu, namun yang ini lebih membuat geleng-geleng. Mereka dengan lahap menyantap hidangan yang tadi sudah dipesan oleh Harley, sepertinya keduanya benar-benar kelaparan.

“Ley, makasih ya. Ini pertama banget buat gue main sama laki-laki yang nggak ada sedikitpun rasa canggung di hati gue. Gue enjoy, bangetttt. Biasanya gue sama Elen tuh gak sampe sejauh ini mainnya, soalnya orang tua Elen emang agak strict. Tapi mungkin sekarang Elen udah bisa kemana-mana soalnya udah ada Marlo.” Kegiatan makan sudah selesai dan sekarang mereka hanya benar-benar duduk berhadapan sambil mulai berbincang.

“Sama-sama. Lo juga perempuan pertama yang gue ajak pergi sejauh ini dan dengan keinginan gue sendiri. Gue seneng banget tau lo enjoy, glad to hear that from you. Gue harap lo bisa lupain kekesalan lo karena ucapan Elen yang kemarin. Nggak usah dipikirin, mati satu tumbuh seribu.” Usakan ia layangkan pada kepala Chlara yang tak ia sadari menimbulkan sengatan kecil di hati gadis itu.

“Hahahaha Elen nyebelin emang, bisa-bisanya dia bilang kayak gitu. Tapi ya… ini juga pertama kalinya gue hidup sendirian, gue inget banget waktu mama papa gue balik abis nganter gue kesini gue nangis semaleman karena se nggak enak itu ditinggal. Gue nggak biasa hidup sendiri dan Elen dateng tuh kayak berkat buat gue hahahahaha.”

“Udah, mulai sekarang nggak usah takut ditinggal, gue selalu disini.”

“Dih, omongan lo udah kayak playboy tongkrongan.”

“Hahahaha. Eh sunset, foto-foto dulu yuk. Gue keluarin deh bakat fotografi gue biar lo keliatan cantik walaupun lo udah cantik banget.”

“Hahahaha, apasih nggak jelas lo.”

Dan sore menjelang malam ini mereka habiskan untuk berbagi rasa satu sama lain

~~~~

Saat ini mobil sudah terparkir rapi di depan rumah Chlara, mereka baru saja sampai dan tetap dengan mereka yang kesulitan mengakhiri pertemuan hari ini.

“Belajar ya rajin ya, Ley. Godaan di sekitar lo banyak banget,” yang Chlara maksud adalah Jean, dan Harley paham itu. Ia hanya mengangguk dan tersenyum

“Kita cuma sekelas Manajemen Strategis ya, ketemu cuma hari terakhir. LDR banget kita.”

“Lebay lo. Yaudah gue masuk ya, makasih banget Jonathan Harley.” Chlara melambaikan tangannya dan bergegas masuk ke dalam rumah dan disusul Harley yang melajukan mobilnya pulang.

Hari ini ditutup dengan bahagia yang menciptakan rasa puas. Tidak ada yang berani untuk mulai mengungkapkan rasa, namun satu sama lain yakin bahwa pasti berbalas.

Add a comment

Related posts:

Exploring Marxist Economics Part 1

Today we know Karl Marx as the father of communism. But he was a lot more than that — he was also an incredibly sharp historian, sociologist, and economist. Marx hailed from the age where economists…

AI Applications

Artificial intelligence has made its way into a number of areas. Here are six examples.. “AI Applications” is published by Ar Shiq.

Introducing the MintingLab

The SPL CLI is the primary method to create and manage Solana tokens. Currently, it lacks the linkage to be able to manage environment settings, token sales, market listings, and token information…